Ibu..Di hari ini, 22 Desember, menjadi kata yang sering baca dan kita dengarkan disebutkan di sekitar kita. Status di jejaring kita, jg membicarakan tentang Ibu.. Seseorang yg kelihatannya tidak pernah dekat dengan Ibunya, jg menulis status tentang betapa pentingnya Ibu bagi kehidupannya.. Catatan ini, mungkin tdk penting bagi sebagian orang, karena catatan ini hanya mengungkapkan betapa pentingnya sosok seorang Ibu bagi seorang anaknya. Bagi keluarga besar kami, Ibu tercinta kami Ibu Istiqomah menjadi sosok penting bagi kehidupan yang kami jalani saat ini. Kami sekeluarga, berlima, 3 laki-laki dan 2 perempuan, karena takdir Allah, menjalani kehidupan dengan Ibu yang sekaligus juga bertugas sebagai Bapak bagi kami. Bapak kami meninggal, saat Kakak kami tertua berumur 10 tahun.. Saya sendiri masih 3 tahun saat itu. Adik saya terkecil, bahkan masih di kandungan Ibu kami. Bapak meninggal di usia 37 tahun, Ibu saat itu berumur 34 tahun.. Usia yang masih tergolong muda dengan 4 orang anak dan janin yg ada di kandungan. Sejak saat itu, Ibu seorang diri menjadi orang tua kami, Ibu sekaligus Bapak.
Dulu, tdk pernah terbayangkan di benak anak2 kecil seperti kami, betapa beratnya yang harus dijalankan Ibu.. Ibu kami hanya seorang Guru di SMP Muhammadiyah, yang harus menjalankan kewajibannya utk merawat anak-anaknya yg menjadi amanah Allah dan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dapat dibayangkan penghasilan guru pada saat itu, jauh teramat berbeda dengan Guru di saat sekarang ini yg sudah mendapatkan berbagai tunjangan.Tapi Ibu selalu sabar menjalani semua itu. Tdk pernah rasanya Ibu bercerita dan berkeluh tentang beratnya kehidupan yang harus dijalani kepada anak-anaknya.
Saat itu, kami berlima, bersama Ibu, hidup dengan kondisi yg sederhana. Tp tidak ada kekurangan dan kondisi yg Ibu kami keluhkan...Nasi yg kami makan, berasal dari "beras jatah" PNS yg kata orang saat apek baunya. Tapi bagi kami, nasi itu menjadi sangat harum. Itu karena Ibu kami menyiasati dengan memberi daun pandan pada beras yg dimasak. Uang gedung dan SPP sekolah kami tdk pernah bermasalah.. Walaupun setelah agak besar, Saya baru tahu kalau di beberapa kesempatan, kadang-kadang Ibu harus pontang-panting mencari pinjaman untuk menutup kebutuhan pendidikan kami. Kebetulan kami berlima sejak SD s/d SMA bersekolah di sekolah "Luar Negeri". Latar belakang keluarga kami yg bergerak di organisasi Muhammadiyah, menjadikan Ibu kami percaya betul dengan sekolah Muhammadiyah. Dan pilihan Ibu tidak salah...
Jarang sekali Ibu marah kepada kami, yang saat itu, di usia anak-anak, pasti merepotkan Beliau..Sangat jauh dengan Saya, anaknya, yg seringkali tdk sabar dengan anak-anak, yg baru 2 orang. Ibu menjadi sosok yg sangat luar biasa dengan segala keterbatasannya.. Ibu mengajarkan kami kasih sayang, yg jarang disampaikan lewat pembicaraan, tapi dengan contoh perilaku yg tdk pernah kami sadari saat itu..Tp semuanya terekam di memori kami semua, anak-anaknya.. Di tengah keterbatasan kondisi itu, Ibu juga masih memikirkan Saudara dan tetangga kami yg kondisinya memprihatinkan. Ibu masih menyempatkan menyekolahkan Saudara dan Tetangga kami, dengan di ajak tinggal di rumah kami, sekaligus menjadi teman bagi kami.
Ibu yg mengajari kami, mendidik kami, betapa pentingnya pendidikan, beribadah dan betapa besarnya kekuatan do'a.. Ibu kami pula yang memotivasi kami untuk segera menyelesaikan studi kami, dengan segala keterbatasan yang kami miliki. Setiap kali anak-anaknya menjalani ujian, do'a Ibu pasti akan lebih panjang dari biasanya.. Saat saya harus menempuh sekolah pendidikan, setiap kali ujian, selain istri dan anak2, Ibu menjadi sosok yang wajib ditelpon untuk ikut mendo'akan. Atas ijin Allah dan kekuatan do'a Ibu, kami berlima saat ini dapat menjalani kehidupan dengan cukup. 4 dari 5 anak-anaknya semuanya lulus Perguruan Tinggi, hanya 1 yang belum, tapi tdk ada yg meragukan kemampuan yang belum lulus Perguruan Tinggi itu, karena kemampuannya justru di atas kami-kami semua yg lulus PT.
Di saat sekarang ini, saat kami berlima telah memberikan 11 cucu untuk Ibu kami (Insya Allah 3-4 bulan lagi menjadi 12 cucu), Ibu tetap menjadi sosok penting bagi kami. Bagi banyak orang, tulisan ini sekali lagi, mungkin tidak penting..tetapi bagi Saya, tulisan ini untuk mewakili perasaan dan ungkapan terima kasih kepada Ibu... Terima kasih Ibu. Ibu pasti tidak membaca tulisan ini, karena Ibu tidak perlu direpotkan untuk membacanya. Semoga catatan ini bermanfaat, sekecil apapun manfaatnya....
Ibu, maafkan kami, anak-anakmu yg belum bisa snantiasa menyenangkan dan membanggakan hati Ibu..Semoga Allah memberikan petunjuk dan perlindungan-Nya bagi Ibu.. Robbighfirli Waliwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shoghiiroo..Aamiin...